Minggu, 21 Juli 2013


PSIKOLOGI SOSIAL (MASA REMAJA)
Oleh
Adhityana Windu Siwi, S.Sos.H


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Banyak orang yang berpikir bahwa dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan persoalan kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai individu. Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur social yang keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu  di daerah yang dinamakan psikologi sosial.
            Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini, demikian juga para sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para psikolog  menekankan pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal (persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya) sedangkan para sosiolog akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan stuktur sosial mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan bagaimana perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan stuktur sosial. Jadi psikologi akan cenderung memusatkan pada astribut dinamis dari seseorang, sedangkan sosiologi akan berkonsentrasi pada atribut dan dinamika seseorang, perilaku, interaksi, struktur sosial, dan budaya sebagai factor-faktor yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.
            Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Imu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, atau lebih tepatnya psikologi sosial merupakan suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi-potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu-individu-individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut adalah kemampuan menggunakan bahasa, adanya sikap etik, dan hidup dalam tiga dimensi (dulu, sekarang, akan datang).
            Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan pada dua kemungkinan yaitu: perilaku yang diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis lalu dikenal dengan penjelasan nature dan perilaku yang bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama kehidupan mereka yang dikenal dengan penjelasan nurture. Penjelasan nature dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di mana dalam teorinya dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc Dougal sebagai seorang psikolog cenderung percaya bahwa semua perilaku sosial manusia didasarkan pada perilaku instinktif.Berbagai alternatif yang berkembang dari dua pendekatan tersebut kemudian memunculkan berbagai perspektif dalam psikologi sosial. Ada empat macam perspektif, yaitu : perilaku (behavioral perpectives), kognitif (cognitive perspective), stuktural (structural perspectives), dan interaksionis (interactionist perspectives).
            Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial yang berakar pada psikologi. Perspektif perilaku menekankan bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang, seyogyanya mengabaikan informasi apa yang dipirkan oleh seseorang dan lebih baik memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan mempertimbangkan proses mental seseorang, kita dapat terbantu memahami perilaku orang tersebut, karena seringkali proses mental tidak reliable untuk memprediksi perilaku. Intinya pikiran, perasaan, sikap (proses mental) bukan sesuatu yang bisa menjelaskan perilaku seseorang. Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa dipercaya maka prosese mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang.
           
1.2 Rumusan Masalah
            Dari uraian tersebut maka dapat diambil beberapa permasalahan yang ada, yaitu :
1.      Apa pengertian remaja?
2.      Bagaimana perkembangan psikologi remaja?
3.      Bagaimana kesehatan mental anak pada masa remaja?
4.      Bagaimana peran keluarga dalam perkembangan seorang anak?



1.3 Tujuan Penyusunan
            Tujuan penyusunan dari makalah ini adalah agar dapat memberikan serta menambah wawasan kepada pembaca tentang makna remaja dan bagaimana tugas orang tua agar dapat membimbing anak dalam masa remaja secara lebih optimal dan terarah.




































BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Remaja
            Pengetian remaja menurut Hurlock (1981) adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks,dkk (2000) member batasan pada usia remaja adalah usia 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relative sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pendapat ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall.
            Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1.      Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2.      Ketidakstabilan emosi.
3.      Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4.      Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5.      Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
6.      Kegelisahan karena banyak hal yang diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
7.      Senang bereksperimentasi.
8.      Senang bereksplorasi.
9.      Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10.  Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan , usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial.
            Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini adalah beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja, antara lain :
1.      Permasalahan fisik dan kesehatan.
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang telah selesai melewati masa-masa pubertas, permasalahan fisik yang dialami remaja pada usia ini cenderung merasakan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain atau orang yang mereka idolakan. levine dan Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya. Ketidakpuasan akan diri sendiri ini sangat erat kaitannya dengan emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri dan merokok.
2.      Permasalahan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan, walaupun usaha untuk menghentikannya sudah digalakkan tetapi kasus penggunaan narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada beberapa penyebab remaja menggunakan narkoba yaitu :
·         Pengaruh sosial dan interpersonal, termasuk kurangnya perhatian dari orang tua, kontrol dan dorongan dari orang tua, serta penilaian negatif orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
·         Pengaruh budaya dan tata karma, memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol penolakan atas standar konvensional, berorentasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis.
·         Pengaruh interpersonal, termasuk kepribadian yang temperamental dan agresif.
·         Hubungan remaja dengan orang tua.
·         Permasalahan moral, nilai dan agama.
Masa remaja merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Seorang anak jika sudah beranjak menjadi remaja tentunya mempunyai ciri-ciri di mana dia telah menjadi remaja. Ciri-ciri seorang anak menginjak masa remaja antara lain :
a)      Pertumbuhan fisik yang sangat cepat.
b)      Emosi yang tidak stabil
c)      Perkembangan seksual sangat menonjol.
d)     Cara berfikir bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
e)      Terikat erat dengan kelompoknya.

2.2 Perkembangan Psikologi Remaja
            Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap perkembangan manusia biasanya bersama dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghampak kematangan psikologisnya ditahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini merupakan berbagai tuntutan psikologis yang muncul ditahap ramaja antara lain :
1.      Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif.
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu.
2.      Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua.
Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku pemberontakan dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga yang tidak dapat diselesaikan di rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orang tua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja akan dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga akan dilakukan remaja terhadap orang-orang yang dianggap sebagai pengganti orang tuanya.

3.      Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin.
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin. Ada sebagian besar remaja yang tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjikkan adanya ketidakmatangan dalam perkembangan remaja tersebut.
4.      Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri.
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya.
5.      Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma.
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “aku”?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya.

Secara teoritis beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja adalah masa peralihan. Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam dua periode yaitu :
1)      Periode masa puber usia 12-18 tahun.
a.       Masa pra pubertas adalah masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.
Cirinya :
·         Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi.
·         Anak mulai bersikap kritis.
b.      Masa pubertas 14-16 tahun (masa remaja awal).
Cirinya :
·         Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya.
·         Memperhatikan penampilan.
·         Sikapnya tidak menentu.
·         Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib.
c.       Masa akhir pubertas usia 17-18 tahun merupakan peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen.
Cirinya :
·         Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
·         Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putrid lebih awal dari remaja pria.
2)      Periode remaja adolesen usia 19-21 tahun.
Periode ini merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pad masa ini adalah :
·         Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis.
·         Mulai menyadari akan realitas.
·         Sikapnya mulai jelas tentang kehidupannya.
·         Mulai nampak bakat dan minatnya.

2.3 Kesehatan Mental Pada Masa Remaja.
            Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat diselesaikan dengan baik. Pada fase ini di satu sisi remaja masih menujukkan sifat kekanak-kanakan, namun di sisi lain remaja dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya pada kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan ketergantungan kepada orang tuanya dan sering menunjukkan sikap menentang orang tuanya.
Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama, kurang lebih 11 tahun. Mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkembangan ini disebut juga sebagai fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan, karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Kesulitan pada persoalan yang muncul pada fase remaja ini, bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orang tua, guru , dan masyarakat.
Namun pada dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orang tua, guru, dan masyatrakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja. Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkan untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangan secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Menurut pandangan para ahli psikologi, keluarga dan orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya untuk bisa bebas dan kemudian membantu dan mendukung secara maksimal dan memberikan kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan,. Selain itu remaja juga diberikan dorongan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Namun proses pemahaman ini tidak terjadi secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orang tua di dalam membimbing dan mengarahkan anaknya.
            Kesehatan mental masyarakat pada dasarnya tercermin dari segi-segi kesehatan mental remaja. Makin tinggi angka delikuensi, bunuh diri remaja, penggunaan obat dan ketergantungan pada zat adiktif, berarti kesehatan mental masyarakat semakin rendah. Usaha bimbingan kesehatan mental sangat penting dilakukan dikalangan remaja dalam bentuk program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental, penyuluhan tentang kehidupan berumah tangga, hidup secara sehat dan pencegahan penggunaan zat-zat adiktif. Istilah kesehatan mental sendiri memperoleh pengertian yang beragam seiring perkembangannya :
1.      Sebagai kondisi atau keadaan sebagaimana gambaran di atas.
2.      Sebagai ilmu pengetahuan cabang dari ilmu-ilmu psikologi yang bertujuan mengembangkan potensi manusia seoptimal mungkin dan menghindarkannya dari gangguan penyakit kejiwaan.

2.4 Peran Keluarga Dalam Perkembangan Anak.
            Sebuah keluarga dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan dan fungsi yang sifatnya primer dan fundamental. Pada hakikatnya keluarga merupakan wadah pembentuk karakter masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih sangat membutuhkan bimbingan orang tuanya. Secara umum perkembangan anak meliputi keadaan fisik, emosional, sosial, dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara sinergi maka dapat dikatakan bahwa seorang anak tersebut sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan sinergi maka akan timbul gejala-gejala yang timbul, misalnya ketegangan, keterlambatan, kesulitan dalam menyesuaikan diri, kepribadian yang terganggu, bahkan akan gagal dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk berinteraksi sosial.
            Keluarga merupakan kesatuan terkecil di dalam masyarakat tetapi memiliki peran yang primer dan fundamental, maka dari itu peranan keluarga mempunyai andil yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Sebuah keluarga yang gagal memberikan perhatian dan kasih sayang anak akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan sebuah tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian jika sebuah keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka yang terjadi adalah anak-anak akan terperosok atau tersesat jalannya.
            Keluarga merupukan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya anak remaja, dimana berbagai kebutuhan yang diperlukan remaja dapat terpenuhi dengan baik, jadi idealnya perkembangan anak remaja akan optimal jika dibesarkan di dalam keluarga yang harmonis.
            Namun dalam kenyataan kehidupan sehari-hari tidak semua keluarga dapat memenuhi gambaran keluarga yang ideal tersebut. Perubahan ekonomi, sosial dan budaya dalam masyarakat dewasa ini akan sangat mempengaruhi kehidupan sebuah keluarga. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan di kantor sampai malam tanpa memikirkan anak akan mempengaruhi psikis seorang anak. Kondisi yang demikian ini akan menyebabkan komuikasi dan interaksi antara sesama anggota keluarga akan insten. Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat, cenderung longgar dan rapuh. Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali, telah mengganggu hubungan interpersonal dalam keluarga.
Masa remaja sering kali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik maka akan tercapai kepuasan, kebahagiaan dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Pada kenyataannya tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhu tugas-tugas tersebut yaitu :
1.      Masalah pribadi, yang mencangkup masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2.      Masalah khas remaja, yang mencangkup masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti : masalah pencapaian kemandirian, kasalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereoritip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan bagi anak. Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama usia remaja.








BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa di mana anak akan mencari jati dirinya. Keluarga mempunyai andil besar dalam mendidik sang anak agar dapat tumbuh dengan baik dan dapat dengan mudah melewati fase remaja yang akan di lewati oleh anak tersebut. Maka kasih sayang dan perhatian dari orangtua, guru, keluarga dan lingkungan sekitarnya sangat dibutuhkan remaja dalam menjalani masa di mana para remaja mencoba untuk mencari jati dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar