PSIKOLOGI SOSIAL (MASA REMAJA)
Oleh
Adhityana Windu Siwi, S.Sos.H
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Banyak
orang yang berpikir bahwa dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan
persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya. Dan kalau
berpikir tentang sosiologi, secara umum cenderung memikirkan persoalan
kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada persoalan kepribadian,
mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai
individu. Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur social
yang keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang
ilmu tersebut bertemu di daerah yang
dinamakan psikologi sosial.
Dengan
demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini, demikian juga para
sosiolog. Namun karena perbedaan latar belakang maka para psikolog menekankan pengaruh situasi sosial terhadap
proses dasar psikologikal (persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya) sedangkan
para sosiolog akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan stuktur sosial
mempengaruhi perilaku dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan
bagaimana perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya dan stuktur sosial. Jadi
psikologi akan cenderung memusatkan pada astribut dinamis dari seseorang,
sedangkan sosiologi akan berkonsentrasi pada atribut dan dinamika seseorang,
perilaku, interaksi, struktur sosial, dan budaya sebagai factor-faktor yang
saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Psikologi
sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang
dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Imu tersebut menguraikan tentang
kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial, atau
lebih tepatnya psikologi sosial merupakan suatu studi ilmiah tentang pengalaman
dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi-potensi manusia, dimana
potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu-individu-individu
itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut adalah
kemampuan menggunakan bahasa, adanya sikap etik, dan hidup dalam tiga dimensi
(dulu, sekarang, akan datang).
Teori-teori
awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan pada dua
kemungkinan yaitu: perilaku yang diperoleh dari keturunan dalam bentuk
instink-instink biologis lalu dikenal dengan penjelasan nature dan perilaku
yang bukan diturunkan melainkan diperoleh dari hasil pengalaman selama
kehidupan mereka yang dikenal dengan penjelasan nurture. Penjelasan nature
dirumuskan oleh ilmuwan Inggris Charles Darwin pada abad kesembilan belas di
mana dalam teorinya dikemukakan bahwa semua perilaku manusia merupakan
serangkaian instink yang diperlukan agar bisa bertahan hidup. Mc Dougal sebagai
seorang psikolog cenderung percaya bahwa semua perilaku sosial manusia
didasarkan pada perilaku instinktif.Berbagai alternatif yang berkembang dari
dua pendekatan tersebut kemudian memunculkan berbagai perspektif dalam
psikologi sosial. Ada empat macam perspektif, yaitu : perilaku (behavioral
perpectives), kognitif (cognitive perspective), stuktural (structural
perspectives), dan interaksionis (interactionist perspectives).
Perspektif
perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial yang
berakar pada psikologi. Perspektif perilaku menekankan bahwa untuk dapat lebih
memahami perilaku seseorang, seyogyanya mengabaikan informasi apa yang dipirkan
oleh seseorang dan lebih baik memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat
diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan mempertimbangkan proses mental
seseorang, kita dapat terbantu memahami perilaku orang tersebut, karena
seringkali proses mental tidak reliable untuk memprediksi perilaku. Intinya
pikiran, perasaan, sikap (proses mental) bukan sesuatu yang bisa menjelaskan
perilaku seseorang. Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan pada pandangan
bahwa kita tidak bisa memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses
mental mereka. Manusia tidak menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku
mereka tergantung pada bagaimana berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi
untuk memperoleh informasi yang bisa dipercaya maka proses mental seseorang
merupakan hal utama yang bisa dipercaya maka prosese mental seseorang merupakan
hal utama yang bisa menjelaskan perilaku sosial seseorang.
1.2
Rumusan Masalah
Dari
uraian tersebut maka dapat diambil beberapa permasalahan yang ada, yaitu :
1. Apa
pengertian remaja?
2.
Bagaimana perkembangan
psikologi remaja?
3.
Bagaimana kesehatan
mental anak pada masa remaja?
4.
Bagaimana peran keluarga
dalam perkembangan seorang anak?
1.3
Tujuan Penyusunan
Tujuan penyusunan dari makalah ini
adalah agar dapat memberikan serta menambah wawasan kepada pembaca tentang
makna remaja dan bagaimana tugas orang tua agar dapat membimbing anak dalam masa
remaja secara lebih optimal dan terarah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Remaja
Pengetian
remaja menurut Hurlock (1981) adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun.
Monks,dkk (2000) member batasan pada usia remaja adalah usia 12-21 tahun.
Menurut Stanley Hall (Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23
tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa
mulainya masa remaja relative sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat
bervariasi. Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Pendapat ini
sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak
Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall.
Gunarsa
(1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kecanggungan
dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
2. Ketidakstabilan
emosi.
3. Adanya
perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya
sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan
di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan
dengan orang tua.
6. Kegelisahan
karena banyak hal yang diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
7. Senang
bereksperimentasi.
8. Senang
bereksplorasi.
9. Mempunyai
banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan
membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori
perkembangan , usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang
cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan
pencapaian. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun
beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis,
dan sosial.
Beberapa
permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini adalah beberapa permasalahan
utama yang dialami oleh remaja, antara lain :
1. Permasalahan
fisik dan kesehatan.
Permasalahan
akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka
mengalami pubertas. Pada remaja yang telah selesai melewati masa-masa pubertas,
permasalahan fisik yang dialami remaja pada usia ini cenderung merasakan rasa
ketidakpuasan terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai
dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka sering membandingkan fisiknya dengan
fisik orang lain atau orang yang mereka idolakan. levine dan Smolak (2002)
menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau
lebih dari bagian tubuhnya. Ketidakpuasan akan diri sendiri ini sangat erat
kaitannya dengan emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi,
rendahnya harga diri dan merokok.
2. Permasalahan
alkohol dan obat-obatan terlarang.
Penggunaan
alkohol dan obat-obatan yang terlarang akhir-akhir ini sudah sangat memprihatinkan,
walaupun usaha untuk menghentikannya sudah digalakkan tetapi kasus penggunaan
narkoba ini sepertinya tidak berkurang. Ada beberapa penyebab remaja
menggunakan narkoba yaitu :
·
Pengaruh sosial dan
interpersonal, termasuk kurangnya perhatian dari orang tua, kontrol dan
dorongan dari orang tua, serta penilaian negatif orang tua, ketegangan di
rumah, perceraian dan perpisahan orang tua.
·
Pengaruh budaya dan
tata karma, memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol
penolakan atas standar konvensional, berorentasi pada tujuan jangka pendek dan
kepuasan hedonis.
·
Pengaruh interpersonal,
termasuk kepribadian yang temperamental dan agresif.
·
Hubungan remaja dengan
orang tua.
·
Permasalahan moral,
nilai dan agama.
Masa remaja
merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di
mana anak tidak lagi di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Seorang anak jika
sudah beranjak menjadi remaja tentunya mempunyai ciri-ciri di mana dia telah
menjadi remaja. Ciri-ciri seorang anak menginjak masa remaja antara lain :
a) Pertumbuhan
fisik yang sangat cepat.
b) Emosi
yang tidak stabil
c) Perkembangan
seksual sangat menonjol.
d) Cara
berfikir bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
e) Terikat
erat dengan kelompoknya.
2.2
Perkembangan Psikologi Remaja
Pada umumnya remaja didefinisikan
sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara
umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap perkembangan manusia biasanya
bersama dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula
pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai
tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil
dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghampak
kematangan psikologisnya ditahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini merupakan
berbagai tuntutan psikologis yang muncul ditahap ramaja antara lain :
1. Remaja
dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif.
Sebagian
besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh
tertentu.
2. Remaja
dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua.
Usaha
remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku
pemberontakan dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini
sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga yang tidak dapat diselesaikan di
rumah, maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah.
Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari
luar orang tua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang
senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas
perkembangan ini, maka remaja akan dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga
akan dilakukan remaja terhadap orang-orang yang dianggap sebagai pengganti
orang tuanya.
3. Remaja
mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin.
Pada
masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan.
Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah
mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin. Ada sebagian besar remaja yang tidak
berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut
menunjikkan adanya ketidakmatangan dalam perkembangan remaja tersebut.
4. Mengetahui
dan menerima kemampuan diri sendiri.
Banyak
remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai
kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang
kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa remaja belum mengenal kemampuan dirinya sendiri.
Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan
menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya.
5. Memperkuat
penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma.
Skala
nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan
orang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan
membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah “aku”?, sehingga
hal tersebut dijadikan pegangan dalam mengendalikan gejolak dorongan dalam
dirinya.
Secara teoritis
beberapa tokoh psikologi mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi
dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti
tentang batasan usia remaja karena masa remaja adalah masa peralihan. Pada
umumnya masa remaja dapat dibagi dalam dua periode yaitu :
1) Periode
masa puber usia 12-18 tahun.
a. Masa
pra pubertas adalah masa kanak-kanak ke masa awal pubertas.
Cirinya :
·
Anak tidak suka
diperlakukan seperti anak kecil lagi.
·
Anak mulai bersikap
kritis.
b. Masa
pubertas 14-16 tahun (masa remaja awal).
Cirinya :
·
Mulai cemas dan bingung
tentang perubahan fisiknya.
·
Memperhatikan
penampilan.
·
Sikapnya tidak menentu.
·
Suka berkelompok dengan
teman sebaya dan senasib.
c. Masa
akhir pubertas usia 17-18 tahun merupakan peralihan dari masa pubertas ke masa
adolesen.
Cirinya :
·
Pertumbuhan fisik sudah
mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
·
Proses kedewasaan
jasmaniah pada remaja putrid lebih awal dari remaja pria.
2) Periode
remaja adolesen usia 19-21 tahun.
Periode ini merupakan
masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pad masa ini adalah :
·
Perhatiannya tertutup
pada hal-hal realistis.
·
Mulai menyadari akan
realitas.
·
Sikapnya mulai jelas
tentang kehidupannya.
·
Mulai nampak bakat dan
minatnya.
2.3
Kesehatan Mental Pada Masa Remaja.
Pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat diselesaikan dengan baik. Pada
fase ini di satu sisi remaja masih menujukkan sifat kekanak-kanakan, namun di
sisi lain remaja dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya. Sejalan
dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya pada
kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan ketergantungan kepada
orang tuanya dan sering menunjukkan sikap menentang orang tuanya.
Fase
perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama, kurang lebih 11 tahun. Mulai
usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkembangan ini
disebut juga sebagai fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan
persoalan, karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua
persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa. Kesulitan pada
persoalan yang muncul pada fase remaja ini, bukan hanya muncul pada diri remaja
itu sendiri melainkan juga pada orang tua, guru , dan masyarakat.
Namun
pada dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan
remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orang tua, guru, dan
masyatrakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental
remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja. Persoalan paling
signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkan untuk
beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih
dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangan secara bertahap untuk bisa
membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Menurut
pandangan para ahli psikologi, keluarga dan orang tua yang baik adalah orang
tua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya
untuk bisa bebas dan kemudian membantu dan mendukung secara maksimal dan
memberikan kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan,.
Selain itu remaja juga diberikan dorongan untuk memikul tanggung jawab,
mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Namun proses pemahaman ini
tidak terjadi secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orang tua di dalam
membimbing dan mengarahkan anaknya.
Kesehatan mental masyarakat pada
dasarnya tercermin dari segi-segi kesehatan mental remaja. Makin tinggi angka
delikuensi, bunuh diri remaja, penggunaan obat dan ketergantungan pada zat
adiktif, berarti kesehatan mental masyarakat semakin rendah. Usaha bimbingan
kesehatan mental sangat penting dilakukan dikalangan remaja dalam bentuk
program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental,
penyuluhan tentang kehidupan berumah tangga, hidup secara sehat dan pencegahan
penggunaan zat-zat adiktif. Istilah kesehatan mental sendiri memperoleh
pengertian yang beragam seiring perkembangannya :
1. Sebagai
kondisi atau keadaan sebagaimana gambaran di atas.
2. Sebagai
ilmu pengetahuan cabang dari ilmu-ilmu psikologi yang bertujuan mengembangkan
potensi manusia seoptimal mungkin dan menghindarkannya dari gangguan penyakit
kejiwaan.
2.4
Peran Keluarga Dalam Perkembangan Anak.
Sebuah
keluarga dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan dan fungsi yang sifatnya
primer dan fundamental. Pada hakikatnya keluarga merupakan wadah pembentuk
karakter masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih sangat
membutuhkan bimbingan orang tuanya. Secara umum perkembangan anak meliputi
keadaan fisik, emosional, sosial, dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan
secara sinergi maka dapat dikatakan bahwa seorang anak tersebut sehat jiwanya.
Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila
periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan sinergi maka akan timbul
gejala-gejala yang timbul, misalnya ketegangan, keterlambatan, kesulitan dalam
menyesuaikan diri, kepribadian yang terganggu, bahkan akan gagal dalam tugas
sebagai makhluk sosial untuk berinteraksi sosial.
Keluarga
merupakan kesatuan terkecil di dalam masyarakat tetapi memiliki peran yang
primer dan fundamental, maka dari itu peranan keluarga mempunyai andil yang
besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak terutama pada tahap awal maupun
tahap-tahap kritisnya. Sebuah keluarga yang gagal memberikan perhatian dan
kasih sayang anak akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan sebuah tindak
kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian jika sebuah keluarga tidak dapat
menciptakan suasana pendidikan, maka yang terjadi adalah anak-anak akan
terperosok atau tersesat jalannya.
Keluarga
merupukan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi
tumbuh kembangnya anak remaja, dimana berbagai kebutuhan yang diperlukan remaja
dapat terpenuhi dengan baik, jadi idealnya perkembangan anak remaja akan
optimal jika dibesarkan di dalam keluarga yang harmonis.
Namun
dalam kenyataan kehidupan sehari-hari tidak semua keluarga dapat memenuhi
gambaran keluarga yang ideal tersebut. Perubahan ekonomi, sosial dan budaya
dalam masyarakat dewasa ini akan sangat mempengaruhi kehidupan sebuah keluarga.
Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan di kantor sampai malam tanpa memikirkan
anak akan mempengaruhi psikis seorang anak. Kondisi yang demikian ini akan
menyebabkan komuikasi dan interaksi antara sesama anggota keluarga akan insten.
Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat, cenderung longgar dan rapuh.
Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali, telah mengganggu hubungan
interpersonal dalam keluarga.
Masa remaja
sering kali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan
ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori
perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan
perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
Sejalan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada
tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana
diketahui dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja individu
memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas
tersebut berhasil diselesaikan dengan baik maka akan tercapai kepuasan,
kebahagiaan dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi
tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas
perkembangan pada fase berikutnya.
Pada
kenyataannya tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan
baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam
memenuhu tugas-tugas tersebut yaitu :
1. Masalah
pribadi, yang mencangkup masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan
kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian
sosial, tugas dan nilai-nilai.
2. Masalah
khas remaja, yang mencangkup masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas
pada remaja, seperti : masalah pencapaian kemandirian, kasalahpahaman atau
penilaian berdasarkan stereoritip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar
dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Salah satu faktor penyebab
timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figure
teladan bagi anak. Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman
dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat
menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama usia remaja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa di mana anak
akan mencari jati dirinya. Keluarga mempunyai andil besar dalam mendidik sang
anak agar dapat tumbuh dengan baik dan dapat dengan mudah melewati fase remaja
yang akan di lewati oleh anak tersebut. Maka kasih sayang dan perhatian dari
orangtua, guru, keluarga dan lingkungan sekitarnya sangat dibutuhkan remaja
dalam menjalani masa di mana para remaja mencoba untuk mencari jati dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar